Di Hawaii, budidaya kopi adalah industri yang sangat penting sekaligus memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi lokal dan mata pencaharian banyak petani. Namun, hama penggerek buah kopi (Coffee Berry Borer) atau juga dapat disingkat PBKo menjadi ancaman besar bagi kualitas dan hasil kopi. Hama ini pertama kali ditemukan di Hawaii pada Agustus 2010 di South Kona dan baru-baru ini menyebar ke Pulau Kauai dan Lanai pada September 2020. Dalam sebuah studi terbaru oleh Kawabata et al. (2023), efektivitas insektisida spinetoram dievaluasi sebagai solusi potensial untuk mengelola serangan PBKo di ladang kopi Kona.
Penelitian ini membandingkan efektivitas spinetoram dengan biopestisida Beauveria bassiana dan kontrol yang tidak dilakukan pengendalian. Studi ini bertujuan untuk menentukan seberapa baik perlakuan ini dapat mengurangi populasi CBB dewasa dan kerusakan biji kopi yang diakibatkannya. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental yang melibatkan tiga perlakuan: air (kontrol negatif), spinetoram, dan B. bassiana. Perlakuan diterapkan menggunakan sprayer tangan dengan kapasitas tiga galon, dan aplikasi dilakukan sesuai dengan rekomendasi PHT untuk PBKo.
Hasil Penelitian
1. Pengurangan Populasi PBKo: Spinetoram secara signifikan mengurangi jumlah PBKo dewasa dibandingkan dengan kontrol yang tidak diobati. Pengurangan ini penting untuk meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh hama ini. Pada hari perlakuan, spinetoram mengurangi populasi PBKo hidup menjadi 6.7%, dibandingkan dengan 24.4% pada kontrol air.
2. Kerusakan Biji: Aplikasi spinetoram menghasilkan kerusakan biji kopi yang lebih sedikit, menyoroti potensinya untuk meningkatkan kualitas dan hasil kopi. Setelah 14 hari perlakuan, spinetoram menunjukkan pengurangan yang signifikan dalam kerusakan biji dengan hanya 7.6% dibandingkan dengan 13.3% pada kontrol air.
3. Perbandingan dengan Beauveria bassiana:
Berdasarkan penelitian, efektivitas spinetoram dan B. bassiana bervariasi tergantung pada waktu aplikasi dan posisi PBKo dalam buah kopi. Posisi PBKo yang diperhatikan dalam penelitian ini diberi kode sebagai berikut :
- Posisi A: Pada posisi ini, kumbang dewasa telah mendarat di buah kopi dan memulai pembuatan lubang masuk. Kumbang belum menembus epidermis buah kopi.
- Posisi B: Pada posisi ini, kumbang telah masuk ke dalam epidermis buah kopi tetapi belum mencapai biji kopi. Kumbang berada di dalam lapisan luar buah kopi.
- Posisi C: Pada posisi ini, kumbang telah menembus lapisan parchment dan mulai menginfestasi biji kopi. Kumbang telah mencapai bagian dalam buah kopi dan mulai merusak biji.
- Posisi D: Pada posisi ini, kumbang dewasa telah bertelur dan larva yang dihasilkan memakan endosperm (bagian dalam biji kopi). Ini adalah tahap di mana kerusakan pada biji kopi paling parah terjadi.
- Spinetoram lebih efektif dalam mengurangi jumlah PBKo hidup di posisi A/B pada hari perlakuan (DOT atau Day of Treatment) dan 7 hari setelah perlakuan (7-DAT atau Day After Treatment) dibandingkan dengan B. bassiana.
- Pada buah yang diinfestasi pada 7-DAT, B. bassiana menunjukkan pengurangan yang lebih besar dalam populasi PBKo hidup di posisi A/B dibandingkan dengan spinetoram.
- Spinetoram lebih efektif dalam mencegah pergerakan PBKo ke posisi C/D, yang mengurangi kerusakan pada biji kopi dan mencegah reproduksi PBKo.
- Secara keseluruhan, spinetoram tampaknya lebih efektif dalam jangka pendek, terutama pada hari perlakuan dan beberapa hari setelahnya, sedangkan B. bassiana mungkin memiliki efek yang bertahan lebih lama pada aplikasi yang terjadi setelah 7 hari.
4. Waktu dan Posisi: Studi ini menemukan bahwa spinetoram paling efektif ketika diterapkan di awal musim kopi, terutama ketika PBKo berada di posisi A/B. Waktu ini membantu mengurangi pergerakan PBKo ke posisi C/D, sehingga meminimalkan kerusakan biji dan reproduksi. Posisi A/B adalah tahap di mana infestasi telah terjadi tetapi biji belum rusak, sedangkan posisi C/D adalah tahap di mana biji sudah rusak dan generasi baru CBB mungkin terdeteksi.
5. Efek Jangka Panjang: Satu keterbatasan yang dicatat adalah bahwa spinetoram mungkin tidak memberikan efek jangka panjang lebih dari 7 hari. Sebaliknya, Beauveria bassiana dapat menawarkan efek yang lebih tahan lama, menunjukkan bahwa rotasi perlakuan ini dapat membantu mengelola resistensi dan memberikan efek jangka panjang yang lebih berkelanjutan. Setelah 7 hari perlakuan, spinetoram menunjukkan 54.9% PBko hidup di posisi A/B, sementara B. bassiana menunjukkan 42.2%.
Implikasi untuk Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Temuan dari studi ini menekankan pentingnya strategi pengendalian hama terpadu (PHT) dalam budidaya kopi. Dengan menggabungkan spinetoram ke dalam praktik PHT, petani kopi dapat secara efektif mengelola populasi PBKo dan melindungi tanaman mereka. Namun, studi ini juga menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut tentang persistensi spinetoram dan perbandingannya dengan pestisida lain. PHT untuk PBKo di Hawaii mencakup sanitasi lapangan, pemantauan, dan penggunaan biopestisida serta pestisida kimia yang disetujui oleh Departemen Pertanian Hawaii.
Kesimpulan
Studi oleh Kawabata et al. (2023) memberikan wawasan berharga tentang pengelolaan penggerek buah kopi di Hawaii. Spinetoram muncul sebagai pilihan yang menjanjikan bagi petani kopi, menawarkan pengurangan yang signifikan dalam populasi CBB dan kerusakan biji. Dengan mengintegrasikan spinetoram dengan metode pengendalian hama lainnya, seperti Beauveria bassiana, dan mengoptimalkan waktu aplikasi, petani dapat meningkatkan efektivitas strategi manajemen hama mereka dan memastikan stabilitas finansial industri kopi Hawaii.
Sumber : disini
Posting Komentar untuk "Peran Bahan Aktif Spinetoram dalam Manajemen Hama yang Efektif dalam Budidaya Kopi"